Aceh Singkil Andalkan Pulau Banyak dan Rawa SingkiL
PARAWISATA PULAU BANYAK
“ Kabupaten Aceh Singkil berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata berkelas dunia. Lembah dialiri sungai bening, pegunungan dan bukit menghijau dengan air terjun, gugusan pulau-pulau dan terumbu karang dengan aneka biota laut. Hutan rawa yang menyimpan aneka flora dan fauna langka.
“Semua yang dimiliki itu akan menjadikan kabupaten ini sebagai daerah tujuan wisata yang lengkap,” kata Bupati Aceh Singkil, H. Makmursyah Putra, SH, MM kepada Analisa yang menanyakan potensi pariwisata kabupaten itu, baru-baru ini.
Namun, kekayaan budaya yang unik dengan alam indah ini ibarat permata yang agak memudar perlu diasah agar mengkilap, sehingga mengagumkan setiap orang yang melihatnya. Polesan dari pemerintah daerah sangat diharapkan agar layak dijual kepada wisatawan lokal maupun mancanegara.
Seperti Pulau Banyak, salah satu daerah tujuan wisata di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang sudah dikenal dunia dengan 99 pulau besar dan kecil. Pantai pasir putih dan nyiur melambai menghiasi gugusan pulau-pulau ini, tak kalah menarik dengan pantai-pantai yang ada di Bali. Senja dengan matahari terbenam sangat indah dipandang.
Ombak di Pulau Banyak sangat cocok bagi olahraga surfing. Nazri, warga Singkil yang lama bermukim di Pulau Banyak mengatakan, tempat surfing terutama di kawasan Pulau Bengkaru, Ujung Lolok, dan Amandangan.
Enam Meter Lebih
Kawasan ini sering dikunjungi oleh peselancar mancanegara. Ketinggian ombak mencapai enam meter lebih, terutama di kawasan Ujung Lolok. Pascagempa akhir Maret 2005 lalu, ombak di kawasan ini semakin tinggi. Musim ombak untuk berselancar di Kepulauan Banyak relatif panjang sehingga hampir setiap waktu dapat dikunjungi oleh peselancar, katanya.
Pulau Banyak juga merupakan surga bagi pencinta diving dengan aneka ragam terumbu karang. Yakni, di kawasan Pulau Pulambak Besar dan Pulambak Kecil, Pulau Tabala, Tailana, Rago-ragoo dan Sikandang.
Sementara untuk traking di Pulau Tuangku yang memiliki flora dan fauna yang khas. Traking perlu dikembangkan di Pulau Bengkaru, Di pulau ini masih ditemukan penyu hijau yang dilindungi. Setiap malam puluhan ekor penyu hijau bertelur di kawasan pantai Pulau Bengkaru.
Kawasan Pulau Banyak juga cocok dikembangkan agro wisata bidang perikanan seperti budi daya ikan kerapu, lobster, rumput laut dan kerang mutiara. Prof Dr. Syamsul Rizal, pakar kelautan dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh yang pernah berkunjung ke Pulau Banyak menyebutkan, kawasan Pulau Banyak sangat berpotensi untuk budi daya rumput laut, ikan kerapu dan kerang mutiara. Pembudidayaan jenis ini dapat dijadikan sebagai obyek wisata bidang agrowisata perikanan.
Menurut data Dinas Pariwisata Aceh Singkil, pariwisata daerah ini mengalami masa kejayaannya pada saat masih bergabung dengan Kabupaten Aceh Selatan. Tanpa menyebut tingkat kunjungan wisatawan, tetapi sangat jauh menurun setelah daerah ini berdiri sebagai kabupaten definitif.
Faktor utama menurunnya popularitas Pulau Banyak, menurut Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Aceh Singkil, Aidil Zulfadla, S.Pd, terkait dengan kebijakan pemerintah beberapa waktu lalu dengan keberadaan wilayah Aceh yang tidak kondusif.
Tetapi dalam kondisi itu bukan berarti kunjungan turis mancanegara kosong sama sekali ke Pulau Banyak. Ratusan turis mendatangi pulau Bengkaru dan pulau-pulau lainnya melalui Sibolga dan Nias.
Pascapenandatanganan MoU Helsinki dan dengan kondusifnya kembali NAD , tingkat kunjungan turis terus meningkat. Puluhan turis setiap bulannya mengunjungi Pulau Banyak, belum lagi turis yang datang melalui Sibolga dan Nias yang tidak terpantau jumlahnya, kata Aidil Zulfadla.
Perlu Pembenahan
Namun jumlah kunjungan turis ini terasa masih kecil dibandingkan dengan potensi besar wisata Pulau Banyak, sehingga perlu segera dilakukan pembenahan melalui kerjasama dengan berbagai pihak. Terutama dengan investor yang berminat dalam pengembangan wisata bahari dan ekowisata yang menjadi andalan utama pariwisata Aceh Singkil.
Kerjasama telah berjalan dengan Yayasan Pulau Banyak dalam bidang pelestarian dan penangkaran penyu hijau di Pulau Bengkaru dan pembangunan kawasan wisata. Penyuluhan masyarakat tentang ekowisata, pemberdayaan masyarakat dan promosi mendatangkan turis mancanegara ke Aceh Singkil.
Kemudian kerjasama dengan ecotourism investor dalam pengembangan Pulau Banyak sebagai daerah tujuan wisata internasional. “Pihak pemda sendiri akan berupaya mencari dan melakukan kerjasama dengan berbagai investor sehingga wisata Pulau Banyak dan kawasan wisata lainnya di Aceh Singkil semakin maju,” ujarnya.
Berbagai souvenir akan dijual masyarakat di kawasan wisata Aceh Singkil dengan kerjasama lintas intansi terkait, terutama Dinas Perindustrian untuk melatih masyarakat tentang pembuatan souvenir. Dinas PU membangun infrastruktur, Bapedalda bidang penghijauan dan instansi terkait lainnya. Pelaksanaan program terkait dengan kesejahteraan masyarakat yang akan diberdayakan dan dilatih sebagai daerah tujuan wisata.
Pada tahun ini segera dibangun posko petugas pemantau dan retribusi wisatawan dari kapal turis yang masuk ke Pulau Banyak di kawasan Ujung Lolok. Pembangunan pos tersebut untuk mengitup retribusi guna meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) yang selama ini kurang terpantau dari kunjungan turis mancanegara yang masuk melalui Sibolga dan Nias. Ratusan juta diperkirakan akan dapat diraup dari wisatawan mancanegara apabila pos penjaga di Ujung Lolok dioperasikan dengan qanun (peraturan daerah-perda) yang dibuat untuk itu.
Penertiban juga dilakukan dengan mengarahkan wisatawan harus masuk melalui Aceh Singkil. Dan secara bertahap pula melengkapi kebutuhan turis di kawasan Pulau Banyak. Diupayakan promosi menuju wisata Aceh Singkil melalui jalan darat dan Bandara Syekh Hamzah Fansyuri.
Pihak Dinas Pariwisata Aceh Singkil telah membangun fasilitas wisata di Pulau Palambak berupa home stay 10 unit, restauran, musala, dermaga masing-masing satu unit dan rumah dinas penjaga dua unit. Di Pulau Tailana telah dibangun home stay empat unit dan satu restauran.
Dihuni Satwa Langka
Kawasan wisata lainnya yang layak dijual adalah Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Luas Rawa Singkil sekitar 102.500 hektar yang dihuni oleh spesies satwa langka di dunia dan berbagai flora dan fauna. Populasi Orangutan Sumatera (Pongo Obilii) yang terdapat dalam kawasan Rawa Singkil termasuk yang tertinggi dengan jumlah populasi mencapai 1.500 ekor (tahun 2003).
Kawasan Rawa Singkil juga merupakan salah satu tempat perlindungan terakhir untuk beberapa jenis burung langka, seperti bangau storm, elang ikan kepala abu, great reed warbler, itik bertopeng dan mentok rimba. Diperkirakan 80 persen populasi mentok rimba di dunia menggunakan Rawa Singkil sebagai tempat berkembang biak.
Selain sebagai habitat jenis burung-burung langka, Rawa Singkil merupakan satu-satunya suaka terakhir di dunia bagi beberapa jenis satwa yang terancam punah, termasuk otter civet, buaya muara, kelabang raksasa dan kura-kura pesing yang beratnya bisa mencapai 70 kg. Selain itu, harimau (Panthera Tigris), orangutan (Pongo Pygmeus) dan ular sawah (Python Reticularis) yang makin meningkat kepunahannya juga terdapat pada bagian-bagian rawa yang terpencil.
Di kawasan ini juga ada sebuah danau yang dikenal masyarakat setempat dengan Danau Bubu, sebagai tempat masyarakat untuk menangkap ikan lele untuk dijadikan lele asap sebagai sumber penghasilan masyarakat sekitarnya. Danau ini belum dikelola oleh Pemda.
Carbon trade salah satu isu sentral dunia saat ini akan dapat menghasilkan dolar dari kawasan Rawa Singkil, selain dijadikan tujuan ecowisata. Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) sudah pernah melakukan penjajakan tentang wisata Rawa Singkil dengan melaksanakan seminar dan loka karya bersama pengusaha travel tingkat dunia, beberapa waktu lalu.
Namun, kata Bupati Makmursyah Putra, hasil loka karya dan seminar ini belum membuahkan hasil yang akan dapat diperoleh masyarakat, khususnya masyarakat Kecamatan Kuala Baru lokasi Rawa Singkil.
Segera Dibuka
Danau Terep di Kampung Ranto Gedang dan Danau Bubu menurut Kadis Pariwisata akan segera dibuka sehingga mudah dikunjungi wisatawan. Danau Terep luasnya sekitar 200 hektar pada tahun 2010 akan dibuka dan dibenahi dengan akumulasi anggaran APBK dan Dana Otsus.
Untuk setting plan Pariwisata Aceh Singkil melalui Dana Otsus 2009 dialokasikan sekitar Rp700 juta, sehingga pengembangan pariwisata akan lebih terarah dan terpadu bersama instansi terkait.
Makmur menegaskan, pengembangan pariwisata dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan. Dengan kata lain pembangunan dijalankan namun tidak merusak lingkungan. “Rakyat sejahtera, alam tetap lestari,” tegas bupati.
Obyek wisata lainnya, yaitu Pantai Cemara Indah Gosong Telaga di Kecamatan Singkil Utara seluas 200 hektar, telah dilakukan penataan oleh Dinas Pariwisata Aceh Singkil dan telah mampu menarik ribuan pengunjung setiap tahun. Puluhan juta pemasukan bagi pendapatan asli daerah( PAD) setiap tahun dari obyek wisata ini. ”Obyek wisata pantai ini masih berprospek untuk dikembangkan,”
Kawasan ini masih dapat dikembangkan dengan menambah paket kunjungan ke gugusan pulau di kawasan Pantai Gosong, dengan membangun dermaga tambat danmenyediakan speed boat menuju gugusan Pulau Panjang, Birahan dan Kuala Mangkir.
Begitu juga dengan Danau Pantai Cemara Indah di lokasi sama yang luasnya mencapai 3 hektar akan meningkat kunjungan wisatawan apabila dikembangkan. Menurut Aidil, obyek wisata ini akan dilengkapi dengan sarana sepeda air, restoran terapung, jembatan lingkar dan pondok pancing.
Pembenahan obyek wisata Aceh Singkil akan terus dilakukan secara bertahap sehingga harapan memperoleh dolar bagi peningkatan pendapatan daerah dan peningkatan ekonomi masyarakat dapat terwujud.
Termasuk objek wisata Danau Paris di Kecamatan Danau Paris. Danau Bungara di Kecamatan Kota Baharu. Danau Tanah Bara dan Danau Cingkam di Kecamatan Gunung Meriah. Obyek wisata Lae Gecih dengan air terjun tujuh tingkat di Kuta Tinggi Kecamatan Simpang Kanan, obyek wisata Lae Petal, Kecamatan Suro dengan air terjunnya. Walaupun ramai dikunjungi pelancong, namun belum memberikan kontribusi bagi PAD, sehingga akan terus dilakukan pembenahan.
Obyek wisata Danau Anak Laut di Singkil Utara dan Pantai Pulo Sarok Singkil, meskipun telah menjadi obyek wisata lokal yang ramai dikunjungi tapi belum menambah pemasukan bagi daerah. Di Danau Anak Laut akan dirampungkan pembangunan pelabuhan pendaratan ikan, cold storage, unit pengolahan ikan dan berbagai sarana penunjang perikanan lainnya, juga akan dijadikan lokasi wisata.
Penataan dilakukan bersama instansi terkait berupa pembangunan jalan, reboisasi, pengadaan sky jet, sepeda air, restoran dan lainnya. Dengan kerjasama lintas instansi ini selain dana yang dialokasikan efektif, juga kelestarian alam tertata dan terjaga,
PULAU BANYAK